Senin, 11 Agustus 2008

Nikmatnya menjadi seorang Ryan..


Ini bukan maksud ingin berhaluan orientasi seksual setelah melihat sosok Ryan sang fenomena, tetapi dilihat dari segi sensasionalnya dia selama penyidikan terkait kasus yang menimpa dia.

Ryan sang Homoseksual ini harus merasakan hotel prodeo karena di indikasikan terbukti membunuh 11 orang yang dikubur secara serampangan di sekitar rumahnya, ke-11 ini baru terungkap ketika beliau ini tertangkap sebagai pelaku dari pembunuhan mutilasi yang dia buang di Depok.

Pasti anda pembaca dan pengunjung web blog ini bertanya apa nikmatnya menjadi seorang Ryan bukannya dia seorang psikopat homo, tukang jagal dan apapun julukan yang dialamatkan kepada dia ? judul tersebut diatas bukan maksud jadi homo tapi enak sekali menjadi seorang Ryan dalam tahanan Polisi Daerah Jawa Timur dan Polisi Resort Jombang.

Kenapa penulis bisa bilang begitu sekarang kita bayangkan..apakah bisa seorang tahanan konsumsi terutama urusan perutnya selalu dihidangkan makanan ala ayam goreng taliwang, kadang Hoka-Hoka Bento dan lebih parahnya lagi sosok Ryan ini menganut sistem 4 sehat 5 sempurna harus tersedia pencuci mulut yang tidak tanggung-tanggung yaitu buah-buahan segar seperti semangka bahkan beberapa kali minta disajika Es atau Juice Durian bisa di bayangkan donk nikmatnya di penjara kalau semua tahanan kayak Ryan ?

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah daripada Penyidik Kepolisian Daerah Jawa Timur darimana mereka mendapatkan uang untuk membeli makanan yang dipesan oleh Ryan, secara kita tahu bagaimana kondisi dunia per-makanan tahanan yang sampai sekarang kadang-kadang mesti ngutang sama rekanan catering yang telah dipilih oleh Polri kemudian lauk dari makanan itu sendiri yang jauh dari kata sehat seperti 4 sehat 5 sempurna, bahkan sedikit alot kayak makan sol sandal jepit, kenapa pernah bilang gitu karena pernah mengalami walaupun tidak tidur di dalam Tahanan.

Alasan pejabat di Polda Jawa Timur memberikan keluasaan dan memenuhi apa yang di minta Ryan adalah untuk memudahkan penyidikan, kalau alasan itu, kenapa sampai hari ini penyidikan itu masih belum ada titik terang dan diserahkan kepada pihak Kejaksaan Tinggi Jawa Timur bersamaan dengan berita acara yang sudah di P-21 a.k.a. lengkap ? tetapi polisi masih berkutat diareal penyidikan terus tanpa ada penambahan, bahkan malah menjadi Polisi memberikan ke-leluasaan untuk Ryan dan Novel sang kekasih untuk memadu hasrat seksualnya di ruangan penyidik bahkan sampai mandi bareng, kalau sudah seperti ini dimana harga diri institusi Polisi di mata masyarakat yang benar-benar ingin mencari keadilan dan kebenaran, kalau sampai ruang penyidik gunakan untuk berciuman mesra bahkan beradegan panas layaknya seperti yang sering kita lihat atau yang hobi mengkoleksi real player 3gp.

Penulis sependapat dengan psikolog klinis dan terapis Liza Marielly Djaprie ketika ditanya oleh wartawan suatu situs berita online soal kasus ini, mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Polisi dengan memberikan apa yang diminta oleh Ryan tidak dapat semuanya benar, malah bisa merusak lambang dan harga diri Polisi, kalau untuk menghadirkan Novel sang pacar dapat dibilang bisa membantu dan meringankan pekerjaan Polisi karena kita tahu bagaimana sifat dari Ryan yang sebentar-sebentar tenang kemudian tiba-tiba marah-marah.

Dan juga kalau ini sampai terdengar ke kamar tahanan, kemudian para tahanan ini berontak dan demo apakah Polisi bisa menjelaskan tentang apa yang mereka dengar, sementara kita tahu bagaimana kondisi ruangan kamar Hotel Prodeo di Indonesia mulai yang dikelola mulai dari Kepolisian Sektor hingga Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, belum lagi yang dikelola oleh Kejaksaan dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kalau seperti ini kan boleh dibilang Kepolisian Republik Indonesia terutama Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Kepolisian Resort Jombang melakukan tindakan diskriminasi dan Pilih kasih, disaat tersangka maling ayam atau mencuri sepeda motor dengan kunci letter T, atau hanya sekedar pemalakan harus di pukuli pake tangan kosong hingga lebam-lebam atau dipaksa tanda tangan BAP biar cepat kelar kemudian di kasih makan seperti kasih makanan ke hewan piaraan, sementara Ryan ? apakah ini sudah sesuai dengan motto Polisi yang selalu kita lihat karena terpasang di samping pintu mobil patroli yaitu Melindungi dan Mengayomi, memang sudah apa yang di lakukan Polri sesuai dengan motto itu tapi kalau hanya di lakukan oleh Ryan jelas sekali itu bukan motto daripada Polri.

Bagaimana kelanjutan dari akhirnya penyidikan ini, kita tinggal menunggu kesabaran dan kekayaan Polri dalam menghadapi permintaan-permintaan Ryan yang di luar akal orang waras dan normal..


Diponegoro 82..JKT

Rhivan Lorca

Bung Indra.. Bung Indra.. Kenapa Kau di Golkar ?


Mungkin judul diatas ada pertanyaan bagi setiap orang ketika bertemu dengan analisis politik dari Centre for Strategic and International Studies – CSIS Indra Jaya Piliang ketika memutuskan ber-transformasi politik ( kata beliau ) dari pengamat ke politisi yang mana kendaraan yang beliau bawa adalah Partai Golkar pimpinan saudara saudagar dari Kawasan Timur Indonesia

Beliau memang tidak lagi menjadi seorang pengamat politik dari CSIS lagi karena semenjak tanggal 6 Agustus 2008 di salahsatu kampus terkemuka hasil ide dari Cak Nur yang berlokasi tepat di depan Rumkit Medistra tapi sayangnya mahasiswa dari kampus itu sepertinya hanya mementingkan kuliah dan dugem tanpa ada nurani untuk memikirkan bagaimana cara membangun negara ini dan membalas jasa-jasa pahlawan beliau berpamitan kepada rekan-rekan beliau mulai dari media hingga kawan sejawat bahwa sejak tanggal itu beliau menjadi seorang calon legislative dari Partai Golkar ( walaupun sampai acara ini berlangsung di Slipi masih sibuk untuk menentukan nomor jadi untuk semua caleg termasuk beliau ) untuk daerah pemilihan Sumatra Barat II meliputi Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa harus GOLKAR ? bukan partai yang baru tapi muka lama, bukankah selama dua tahun ke belakang beliau yang hampir 500 lebih artikel yang ia buat termuat di semua harian dinegara ini menjadi fungsionaris di partai garapan sang reformator.

Kita tahulah bagaimana GOLKAR selama hampir 32 tahun lebih berkarya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sudah berapa banyak rayuan-rayuan gombal yang membuat pundi-pundi suara yang mayoritas dari kalangan jelata tapi hasilnya mana memang di awal-awal saja program mereka bagus tetapi masuk tahun 1996 hingga sekarang mana, hancur lebur ibarat mayat yang coba disembunyi tetapi bau bangkainya tidak bisa ditutupi walaupun sudah dikamuflase dengan aroma kopi atau durian tapi tidak bisa juga, walaupun pada akhirnya ada satu tokoh yang bisa menyelamatkan partai ini dari hujatan agar ini partai ini dibubarkan yang akhirnya nasib tokoh ini ibarat habis manis sepah dibuang, tanpa ada ucapan terimakasih langsung dilengserkan dan digantikan oleh seorang pedagang yang orientasi otaknya hanya bagaimana cara mendapatkan untung besar dan itulah yang diterapkan di Partai ini.

Menurut penulis ada beberapa hal yang membuat hubungan antara bung Indra dengan Golkar mesra ibarat pasangan Ryan dan Novel asal jombang.. pertama, adanya beberapa fasilitas yang disediakan oleh partai kepada setiap orang yang ingin bergabung, kita tidak usaha munafiklah bagaiamana fasilitas yang diberikan Golkar dari tahun ke tahun, kemudian bung Indra pun sudah bosan hanya dengan mengkritik lewat tulisan-tulisan panasnya di media sehingga dia butuh kritikan nyata dilapangan tetapi ya itu tidak fasilitas dan sponsor yang mendukung mau tidak mau harus masuk partai dan Golkarlah yang dipilih karena semua yang mungkin dipikirkan oleh bung Indra ada semua di sana walaupun di salahsatu media online, beliau mengatakan alasan dia masuk ke Golkar setelah dua penjahat kemanusiaan Indonesia keluar dari partai itu dan membentuk partai baru. Kedua, Golkar ibarat anak remaja yang baru pubertas sedang mengalami pencaharian jati diri, kenapa penulis menggambar itu ? mungkin dengan bergabungnya bung Indra di Partai rumahnya kaum makhluk halus ini setidaknya bisa mendongkrak lagi pundi suara mereka yang beberapa bulan ini keok, kita bisa lihat beberapa bulan ini setiap pilkada di wilayah Indonesia, tidak ada satupun calon pimpinan mulai dari tingkat Bupati hingga Gubernur yang di usung Golkar tampil sebagai jawara, rata-rata tiarap hanya mendapatkan suara kurang dari ketentuan election thresold dengan pemikiran dan gagasannya terhadap Golkar kedepan, atau yang ketiga menurut penulis, maaf sebelumnya kalau salah, Bung Indra ingin mengubah ideology partai Golkar dengan ideology beliau yang mungkin dilandasi jiwa kepemudaan dengan sikap-sikap yang kritis setelah melihat tindak-tanduk daripada rekan sejawatnya di sana terlebih dahulu yaitu Bung Yudhi Chisnandi yang sudah dua kali mendapatkan surat peringatan yang langsung ditanda tangani oleh sang saudagar karena menolak kebijakan pemerintah menaikkan BBM dalam interplasi paripurna DPR, sementara partai yang dinaunginya mendukung 100 % kebijakan yang dipelopori sang saudagar ini.

Apakah Uda Indra Jaya Piliang dengan ideology dan kritikannya masih setajam setelah masuk dan terpilih menjadi anggota DPR hingga masa tugasnya ? kita hanya bisa menunggu.. selamat berjuang Uda tunjukkan ketajaman ideology dan kritikanmu di dalam atas nama penderitaan rakyat..


Cawank...Agustus 2008


Rhivan Lorca


Pendapat Pribadi


Indonesian Artist be a Member of Indonesian Parlieament and be a leader regional government ? F*#* Off Go to Hell

Pesta demokrasi 2009 sudah di depan mata, banyak parpol yang mulai merapatkan posisi terhadap segala bidang dalam mengamankan suara untuk partai mereka ketika pesta itu akan dilaksanakan, berbagai upaya dilakukan mulai dari iklan, rayuan-rayuan maut kepada rakyat jelata agar memilih partai mereka termasuk menjaring tokoh-tokoh yang bisa menjalankan roda partai mereka di rumah rakyat jika memang 3 persen dari jumlah rakyat Indonesia yang mencoblos partai mereka dan menempatkan orang-orang dari partai mereka di rumah rakyat..

Soal pemilihan atau pengkaderan dari suatu partai sekarang semakin hari semakin tidak jelas, kalau dulu bolehlah pengkaderan yang dilakukan sebuah partai sudah sesuai, tapi kalau sekarang penulis agak ragu dan tidak percaya dengan konsep pengkaderan dari partai saat ini baik yang baju lama atau baru yang membuat penulis tidak percaya dengan konsep pengkaderan partai politik saat ini adalah banyak artis-artis baik yang baru terkenal hingga yang sudah tidak terkenal lagi sebagai anggota partai bahkan anggota dewan, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah sudah sebegini parahkah atau tidak sanggup lagi partai menjaring masyarakat untuk dicalonkan menjadi anggota dewan sehingga artis yang digunakan, atau hanya sebagai bumbu penyedap supaya bisa naik popularitas dari partai itu di mata masyarakat walaupun jelas-jelas sudah bobrok.

Tapi pantaskah artis masuk rumah rakyat dengan segala jenjang karier di bidang politik yang boleh dibilang masih bau kencur ? bagi penulis artis masuk rumah rakyat adalah tindakan bodoh atau bunuh diri, karena apa ? pertama, kita tahu bagaimana kehidupan artis itu apalagi yang sering wara-wiri masuk redaksi infotainment dengan berita perceraian, menikah berulang-ulang, selingkuh atau intinya dunia artis itu tidak ada positifnya ditambah dengan masuk ke rumah rakyat..
Kenapa penulis menulis judul di atas dengan nada sedikit marah dan sedikit arogan (mohon sujud maaf kepada artis yang ingin nyalek ke Senayan atau jadi pemimpin daerah), karena ya itu selebritis kita belum bisa menjadi politisi atau yang bahasa halusnya adalah selebritis kita masih bau kencur walaupun ada beberapa mengklaim pernah ikut organisasi seperti OSIS di sekolahnya, dan terbukti sudah banyak artis kita yang periode tahun 2004-2009 saat ini hanya sebagai macan ompong atau mau lebih tragis artis kita yang jadi politisi hanya makan gaji buta yang bermiliar-miliar rupiah sambil planga-plongo itu tanpa ada bukti konkret buat warga Indonesia termasuk konstituennya yang telah memilihnya dengan harapan hidup mereka di negara ini bisa terangkat dari dibawah garis kemiskinan paling tidak naik sedikit tepat di Garis Kemiskinan J

Setidaknya ada lima artis yang menghuni rumah rakyat periode 2004-2009, tapi bukti nyata buat rakyat termasuk konstituennya mana ? BBM tetap naik, kemiskinan masih ada, korupsi masih ada bahkan dirumah rakyat sendiri yang nota bene pembuat undang-undang anti korupsi, dan tidak pernah penulis baca koran atau nonton di televisi ada anggota dewan yang latar belakang artis berkoar-koar sampai marah besar banting meja trus buang mic hingga melakukan Walk Out menolak apa yang menjadi kebijakan Lembaga mereka tanpa melihat nasib rakyat, kemudian apakah anggota dewan yang akan tugas mulai Juli 2009 hingga 2014 dan yang duduk di kursi orang nomor satu atau nomor dua di daerah seperti mulai dari Gubernur hingga Bupati yang berasal dari kalangan artis nasibnya sama planga-plongo atau lebih maju ?

Coba anda tanyakan kepada lima artis yang kebanyakan Planga Plongo di Senayan, terus tanyakan kepada wakil Bupati Tangerang, kemudian Wakil Gubernur Jawa Barat sudahkah mereka bekerja dengan nyata yang sesuai dengan ucapan mereka ketika kampanye kepada rakyatnya paling tidak dalam jangka pendek 100 hari sampai dengan hari ini ? BELUM TUCH ? karena penulis belum membaca semua harian tentang berita kegiatan mereka, kemudian tanyakan kembali kepada Bung H.Y Calon Gubernur Sumatera Selatan, terus Calon Walikota Serang Bang S.J, kemudian Kang D.C. calon Wakil Bupati Garut, lalu Kang P.Y. calon wakil Bupati Sumedang.

Jadi menurut penulis, artis yang nyalek ke Senayan sampai jadi pemimpin di daerah belum bisa menjadi wakil rakyat karena mereka bagi penulis tidak mengerti dan paham akan politik, percuma saja kalau mereka jualan untuk mendapatkan dan menaikkan suara partai dan kursi dia lewat paras dan body yang aduhai cantik dan ganteng, sering masuk Tipi lewat sinetron sampah tapi begitu masuk ke Senayan hanya planga – plongo kayak wong deso katro apa yang mesti di kerjakan karena mereka hanya di beri pengkaderan tentang sistem politik, demokratisasi secara instan paling Cuma 3 bulan di intensifkan seperti anak sekolah yang mau ikut ujian SPMB di tempat bimbingan belajar.

Jadi pesan penulis untuk kalangan selebritis Indonesia yang katanya nuraninya diminta bergerak untuk mensejahterahkan rakyat agar berpikir dua kali ini bukan sinetron yang biasa anda bintangi dimana dapat rating dan ada bonus untuk anda, TAPI ini pengabdian ibaratnya anda itu Budak yang harus bekerja apa yang Tuan anda yaitu rakyat anda sendiri minta seperti kesejahteraan ya..anda harus bisa memanjakan mereka, bukan sekedar tebar pesona atau tebar kepopuleran biar banyak yang milih, rakyat sekarang BUTUH bukti nyata di depan mata mereka BUKAN tebar pesona atau jualan kecap yang semua orang terhanyut akan jualan anda.

Apakah Senayan akan dipenuhi oleh artis-artis yang sudah kalah pamor di dunianya sehingga Senayan menjadi pelampiasan kantong mereka yang sudah menipis, atau dengan kata lain Senayan tempat pengungsian artis yang sudah tidak popular lagi, atau mereka bisa merubah negara ini menjadi lebih baik dengan keVOKALan mereka melihat rakyat makin miskin berkaitan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kita nantikan saja kiprah mereka…



Cawank..Agustus 2008

Rhivan Lorca

Wartawan Vs Pemberitaan = Babak Belur


Lagi-lagi ada individu yang tidak terima akan kinerja daripada wartawan dalam memberitakan suatu kejadian sehingga kontak fisiklah yang melayani daripada resiko pekerjaan sebagai wartawan.

Apa yang penulis maksud di atas terjadi di kampung halaman daripada Wakil Presiden Jusuf Kalla, yaitu Makassar- Sulawesi Selatan dimana seoarang wartawan biro dari sebuah media cetak dianiaya oleh seorang lurah karena sedang meliput pembagian sembako yang di indikasikan hasil dari korupsi, lantas sang wartawan langsung di aniaya oleh sang lurah yang berkuasa di daerah itu, akibat perbuatan dari lurah ini wartawan mengalami luka-luka, sang wartawan pun melaporkan apa yang ia alami ke kantor polisi setempat.

Ini bukan kali ini saja wartawan di aniaya oleh sejumlah orang yang memang tidak senang dengan kehadiran dari wartawan ini, kita bisa lihat bagaimana sosok Udin yang vokal dengan beritanya terkait kasus korupsi yang ada diwilayah pemberitaannya akibat ke-vokalan dari sang kuli pena dan disket ini nyawapun taruhannya, dan sampai sekarang tidak jelas siapa yang membunuh dan merancang untuk membunuhnya, itu baru didalam negeri bagaimana dengan kondisi wartawan di luar Indonesia tidak jauh berbeda ibaratnya 11-12 dengan nasib wartawan di sini, contohnya yang menimpa wartawati Rusia yang ditembak tepat di bagian kening di depan pintu masuk apartementnya, pokok permasalahannya adalah pemberitaan yang dilakukan oleh sang wartawati terkait pembantaian yang dilakukan oleh gerilyawan Chechnya dengan Pemerintah Rusia kala itu dipimpin oleh Presiden Kamerad Vladimir Putin.

Setidaknya menurut data yang pernah penulis baca setiap tahun seratus orang lebih wartawan meregang nyawa ketika meliput seperti wartawan perang yang meliput di wilayah konflik Timur Tengah, selebihnya adalah korban akibat intimidasi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat berita yang dimuat.

Sebegitu berbahayakah profesi wartawan sehingga harus di bunuh, harus dianiaya biar tidak terungkap kebenaran daripada yang ditulis oleh wartawan itu ? memang fungsi dari wartawan atau media adalah sebagai anjing penjaga yang berfungsi mengawasi jalannya pemerintahan atau suatu kejadian, sebenarnya yang sederhana fungsi dari wartawan adalah memberitakan atau memberitahukan yang sebenar-benarnya serta akurat dari suatu kejadian sehingga masyarakat tahu dan mengerti akan kejadian, tetapi kalau sudah seperti ini apakah masyarakat peduli dengan kinerja wartawan.

Tetapi kita juga tidak boleh menutup mata, karena wartawan juga bisa menaikkan nama negara menjadi lebih maju dan disegani bisa juga menjatuhkan kredibilitas dari suatu negara itu dan sudah terbukti, anda mungkin tahu bagaimana seorang Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Richard Nixon harus rela meninggalkan Gedung Putih karena kasus persengkongkolan dalam hal pemilu dimana yang mengungkapnya adalah duo wartawan Washington Post berkat seorang tokoh dengan kode istilah pornstyle- Deepthroat yang baru dibuka identitas dari narasumber ini setelah beliau wafat pada usia 92 tahun, bisa bayangkan posisi wartawan dalam suatu negara.

Pekerjaan wartawan adalah pekerjaan yang mulia dan berat, kenapa penulis bilang mulia karena tanpa ada wartawan maka tidak akan ada yang namanya pengetahuan, tidak akan tahu bagaiamana keadaan suatu negara atau kegiatan, misalnya tanpa ada wartawan mana bisa kita tahu pertandingan Piala Eropa ada atau tidak juaranya kalau tanpa ada wartawan, tidak akan ada hasil dari laporan kerja pemerintah kepada masyarakat dengan apa yang pemerintah lakukan selama ini, tanpa wartawan negara juga tidak bisa mengetahui apa yang masyarakat minta untuk pembangunan negara ini, jadi peran wartawan adalah yang tadi penulis utarakan adalah sangat mulia, kalau soal berat ya.. itu karena pekerjaan wartawan boleh dibilang lebih berat karena 24 jam dalam 7 hari tanpa ada isitilah libur harus mencari berita, mencari dan mewawancari narasumber dan itu semua tidak gampang penuh dengan lika-liku bahkan nywa sebagai taruhannya.

Jadi ada yang salahkah dengan profesi wartawan, sehingga harus di siksa, diancam jiwa dan keluarganya hingga nyawanya, jadi kalau menurut penulis apa yang dilakukan oleh beberapa orang hingga sekelompok orang yang menganiaya wartawan hingga membunuhnya adalah orang-orang bodoh dan tidak punya otak.

Penulis sangat setuju dengan apa yang dilakukan oleh wartawan biro Makassar tersebut dengan langsung melaporkan kepada pihak kepolisian terkait apa yang terjadi, tetapi juga penulis menyesalkan dengan sikap daripada aparat, dimana sampai saat ini penulis belum pernah melihat tayangan televisi khusus acara kriminalitas dan Polisi serta berita yang dicetak di Harian tentang sesorang yang di vonis pengadilan dan menginap di Hotel Prodeo karena menganiaya atau yang ringan menghambat kinerja wartawan dalam meliput dilapangan, karena selama ini yang ada hanya pelaporan-pelaporan saja tanpa ada tindakan lanjut dari pihak aparat keamanan untuk memproses hingga mengantarkan ke pihak penyidik Pengadilan, lantas kemana itu semua bahan laporan yang dilaporkan wartawan yang telah menjadi korban di kantor, apa dijadikan tumpukan kertas bekas setelah sekilo lebih panggil tukang abu gosok terus di lego dech buat nambah-nambahi uang rokok sama bensin dan terbukti apa yang penulis tulis ini yaitu KEMANA !! hasil akhir dari laporan seorang wartawati yang didampingi oleh pemimpin redaksi, dimana sang wartawati sebuah harian mengalami pelecehan seksual yang di lakukan oleh aparat suatu kesatuan di Polda Metropolitan Jakarta Raya dan pelecehan itu sendiri didapat diareal Markas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya.

Mau berapa lagi wartawan setiap hari, setiap bulan bahkan setiap tahun yang bekerja di wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia dengan jumlah penduduk lebih 220 juta jiwa ini mengalami yang namanya intimidasi, penghinaan, pelecehan, hingga kematian, mungkin hanya wartawan ini dan Tuhan yang tahu.

Mari kita Hormati kinerja daripada wartawan….



Salemba, Agustus 2008


Rhivan Lorca