Minggu, 22 Juni 2008

Indonesia Diving, Raja Ampat Island "The incredible reef and fish"



No doubt about it, the Raja Ampat is definitely the richest place for fish, that I have ever been. Dr G.R.Allen" I was like a five-year-old, seeing a reef for the very first time. I was awestruck, held by the incredible power of this richest reef. We must, with all available resources, preserve the beauty of Raja Ampat. This may be the last frontier. Michael Aw
"I love the people, I love the diving, It's super!! I've never been for a second time to the same dive destination but now I'm thinking about going back for the third time!! Should I say more?" Peter van Dalen (Taken from http://www.iriandive.com/)

Raja Ampat Island is the most western district of the Indonesian province of Papua. Raja Ampat consists of an area surrounding four major island off the western coast of Birds Head Panisula of New Guinea Island. The western half of which is Indonesia and the eastern half, Papua New Guinea. The province was called Irian Jaya, and its a cluster of over 1500 small Islands.
Raja Ampat is the most bio-diverse location in the world more than 3000 species of fishes and over 300 species of corals have been identified here, in a single one and half hour dive you can identified more than 282 fish species and more than 400 species. Till this very day the area is virtually unexplored and unknown due to its size. This area as there are still many remnants of WW II.
The Roughest seas and decreased visibility in the Raja Ampat area are from mid-June until the end of August. During the rest of the year, the sea is mostly very smooth whit good visibility.
Dive sites in Raja Ampat Island:
Kri Island: Kri has several sites and Cape Kri is one of the fishiest. The fish numbers and variety are truly amazing. The site is current dependent. Generally it's a steep slope with beautiful coral growth, lots of reef and schooling fishes, including the giant Queensland Grouper.
Sardine Reef: Sardine Reef has really giant clams at 10m (33ft) but it's all about non-stop fishes here. There's a resident school of bumphead parrotfish in the shallows, colorful soft corals and plenty of critters.
Kaboei Bay Rock Islands: The bay is a labyrinth of rock islands. Visibility isn't great but this is a great place for macro and finding odd nudibranches, mollusks and the pictured dragonet. Bat caves and skeletons are found on some of the islands.
The Passage: This is a drift dive through a narrow channel near Waigeo. Look for archerfish among the mangroves, orange cup corals, seahorses, and percula clownfish.
Fam Island: Several sites near Fam have stunning coral growth. Sponges and soft corals add color and fishes keep it going. Sites include walls, sloping reefs, and muddy bays.
Misool: Misool is awash in fish life and huge sea fans. Caverns and boulders mark several sites. The schooling fishes seem endless and pygmy seahorses live in less than 10m (33ft). Some sites are current dependent.
At a Glance Irian Diving
Reef type: Vertical walls, Lagoon channels, caves, platform reefs, etc.
Access: By boat from base camps.
Visibility: Very good, 20-45 meters.
Current: Moderate, excellent for drift diving.
Coral: Excellent " abundant & divers.
Fish: Variety & abundance guaranteed.
Highlights: Snorkeling with dolphins near the Wai base camp (5m); White-tip sharks under P47B wing; finding new wrecks untouched/complete.
It is easiest to fly through to Sorong via Jakarta or via Singapore. Merpati, Pelita and Lion/Wings Airlines operate daily flights from Jakarta to Sorong (with stopovers in Ujung Pandang/Makassar and/or Manado), whereas Silk Air operates regularly from Singapore to Manado. Daily flights to and from Sorong by Airlines Merpati, Lion/Wings or Pelita.
Raja Ampat Island have several accommodations whit traditional design, and there many boat you can rent for a stay. If you using dive operator they will arrange for your base came.
Raja Ampat islands have a very diverse topography with steep mountain shores and deserted white sand beaches. Explore the land on foot. Use a boat to move from one dive site to another dive site.
There are several restaurants and cafes throughout Sorong. Try their specialties: traditional irian foods!
There are many traditional souvenirs made from wood.
You can visit gorgeous waterfalls, ancient burial sites, bat caves and stunning waterways breathtaking limestone landscapes and Manta ray spotting and bird watching.
To enter Papua itself, you need a surat jalan (Travel Permit) which is issued by the local police. Please bring: 3 Passport Photos, 3 Copies of the photo page of your passport and 3 Copies of the passport page with the Indonesian Visa.
Guide Book : Diving Indonesia (a guide to the world's greatest diving), Periplus Action Guide, Kal Muller.
More Information about Irian Jaya Dive, contact: Sorong, Indonesia Office: Papua Diving. Phone: +62 (411) 401 660, Fax: +62 (951) 325 274. www.Iriandiving.com

481


Pertama-tama penulis ingin menghaturkan selamat ulang tahun kepada ibukota negara Republik Indonesia yang tercinta yaitu Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang pada tanggal 22 Juni 2008 ini menginjak usia yang ke 481, semoga terus menjadi dayatarik bagi penduduk didaerah untuk mencari pekerjaan bukan menjadi ladang kemiskinan dan berbagai macam organisasi kemasyarakatan yang anarkis.

481 adalah angka atau usia yang sudah sangat sepuh, sama halnya dengan usia manusia yang semakin lama semakin dewasa dalam hal pemikiran maupun fisik, tetapi untuk kasus usia DKI ini penulis lihat semakin lama usia DKI bertambah, semakin bertambah juga permasalahannya.

Kita bisa lihat bagimana keadaan DKI selepas lebaran tahun lalu hingga saat ini, hampir disetiap ruas jalan di DKI mulai dari jalan protokol hingga mungkin jalan tikus tidak ada yang lancar yang ada seperti bekicot berjalan pelan. Belum lagi intensitas kendaraan yang semakin lama semakin banyak dikarenakan banyaknya program promosi yang digencarkan oleh perusahaan otomotif baik kendaraan roda dua maupun roda empat.

Sementara jalanan yang ada di DKI semakin lama semakin kecil bahkan sempit karena tidak ada lahan lagi untuk menampung mobil-mobil dan motor ini di jalan, itu baru permasalahan untuk bidang transportasi, belum lagi soal masalah sosial dimana kita bisa lihat bagaimana DKI dimata penduduk didaerah negara ini masih memiliki daya magis untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi kenyataannya? Kita bisa lihat disudut – sudut jalan atau perempatan-perempatan lampu merah bisa kita jumpai beberapa anak kecil yang seharusnya menikmati dunianya tetapi mereka harus mencari uang untuk membantu orangtuanya yang seharusnya yang bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup anak ini adalah orangtua mereka. Belum lagi banyaknya penggusuran terhadap rakyat kecil dan jelata yang membuka warung liar untuk menyambung kelangsungan dapur mereka yang kadang-kadang berakhir ricuh bahkan melakukan kekerasaan yang sudah ditetapkan oleh konvensi HAM

Selain masalah yang selalu mendatangi para aparat Pemprov DKI, ada saja inovasi yang diterapkan oleh para pejabat pemprov DKI seperti untuk mengatasi kemacetan dibuatlah sarana transportasi alternatif yaitu Bus Transjakarta atau lebih dikenal dengan Busway, memang diawal pembuatan sarana penunjang busway ini mengundang banyak reaksi terutama penghilangan satu ruas untuk jalur busway yang dinilai akan bertambah macet, tetapi kenyataannya banyak juga yang menggunakan jasa busway ini, bahkan disalah satu koridor busway, menggunakan busway gandeng untuk bisa menampung lebih para penggunanya.

Apa yang harus dilakukan oleh Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini terutama diantaranya kemacetan ini, kita bisa pungkiri dengan banyaknya para pengemis dan gelandangan di Jakarta, karena seperti yang penulis tulis diatas, mereka ini awalnya tidak berniat menjadi pengemis dan gelandang, mereka datang ke Jakarta untuk satu tujuan yaitu merubah kehidupan mereka didesa, tetapi ada daya kemampuan mereka dalam berbagai hal untuk menaklukkan kota ini yang menjadikan mereka menjadi pengemis dan gelandangan, ini selalu bertambah menjelang habisnya cuti bersama lebaran, penulis sependapat dengan kebijakan Gubernur yang akan menjaga pintu masuk ke DKI untuk mengantisipasi masuknya para penduduk diluar Jakarta yang tidak mempunyai kemampuan untuk mencoba peruntungan, tetapi lebih bijaknya lagi kalau pemprov membuka lapangan pekerjaan buat mereka yang sudah terlanjur masuk.

Soal penggusuran, penulis menentang keras dengan tindakan-tindakan yang berlebihan yang dilakukan oleh para petugas Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja, apa yang dilakukan oleh Satpol PP ini sudah menjurus kepada pelanggaran HAM, tetapi oleh atasan mereka berdalih mereka hanya menjalankan tugas yang menyalahkan para pedagang ini, sebenarnya menurut penulis maraknya pedagang kaki lima atau yang berjualan sampai menyita sepersekian jalan ini adalah salah dari para satpoll PP ini kenapa penulis bilang, kalau memang tidak boleh berjualan disana kenapa juga masih ada warga yang berjualan disana dan dibiarkan saja oleh anggota Satpol PP bahkan lahan yang seharusnya tidak boleh dipergunakan untuk berjualan mereka jual-belikan dengan asumsi setiap mereka sedang dinas, para pedagang harus setor uang ke mereka, dan ini pernah penulis lihat, dimana dengan gampangnya para petugas ini meminta rokok satu slop berbagai macam merek, disaat para pedagang ini baru buka jualannya dan belum ada yang beli, kalau sudah begini siapa yang salah pedagang atau satpol PP ini ?

Sudah saatnya pemprov DKI menata kembali kota tercinta ini seperti dengan semboyannya yaitu kota metropolitan atau yang akan berganti menjadi kota megapolitan dengan menggandeng kota Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi untuk bersatu tanpa ada lagi masalah-masalah seperti pengangguran, penggusuran dan kemacetan yang semakin lama semakin tidak terarah.

Dirgahayu Kota ku Daerah Khusus Ibukota Jakarta tercinta….

Jumat, 13 Juni 2008

Ciutnya nyali Pemerintah kita


Ternyata kata-kata SBY ketika memberikan keterangan terhadap insiden Monas yang terjadi disaat perayaan lahirnya Pancasila yang dilakukan oleh kawan-kawan pasukan berjubah putih terhadap sekelompok orang yang bernama aliansi Kebangsaan yang mengatakan bahwa negara tidak boleh kalah ternyata berbeda yaitu negara boleh kalah dan terbukti.

Hanya gara-gara pernyataan dari seorang komandan ( atau lebih dibilang komandan ayan sayur )yang juga pernah menjadi aktivis LBH yang mengatakan bahwa polisi boleh menangkap beliau jika pemerintah sudah membuat surat keputusan pembubaran ahmadiyah dan jangan ganggu anggotanya, pertama setelah beliau menyatakan tersebut penulis Cuma mesem-mesem dan terbukti anggotanya ditangkapi oleh Polisi dengan kekuatan penuh, tapi orang ini sepertinya kayak ayam sayur dan sedikit pengecut dengan menghilang, namun tiba-tiba kemarin (9/6-2008) datang dengan menggunakan taksi ke halaman Polda Metro Jaya.

Yang membuat penulis agak sedikit heran dan bingung, kok bisa-bisanya dalam satu hari yaitu pada hari senin tanggal para kelompok yang mengaku berpaham dan berideologi Islam tetapi tidak tahu penerapannya seperti yang dialami FPI berdemo besar-besaran di depan Istana tiba-tiba dikalangan pejabat negeri ini langsung keluar surat keputusan bersama tiga menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung Republik Indonesia yang melarang ajaran ahmadiyah berkembang di negara ini, dan berkat surat ini sang komando laskar langsung meluncur ke halaman Polda tanpa dosa.

Kemana bukti nyata dari kata-kata sang Presiden dalam pernyataan persnya agak sedikit geram dengan menunjukkan bahasa tubuhnya kok bisa-bisanya dikalahkan dengan ormas-ormas yang sebenarnya pemerintah bisa lawan bukan sekedar gertak sambal saja. Menurut penulis apa yang dilakukan oleh para pembantu presiden ini membuat SKB adalah sebuah perhatian atau ingin dianggap mencari muka agar rakyat masih mengakui pemerintah ini masih ada yang jelas-jelas sudah tidak bisa bertahan lagi.

Sebenarnya adakah yang salah dengan ahmadiyah ? kalau menurut penulis apa yang dilakukan oleh ajaran ahmadiyah adalah hal yang wajar (bagi penulis..terserah anggapan orang) mungkin cara penerapannya saja yang mungkin dimata sebagian orang agak janggal, lagipula penulis heran kalau kita lihat soal insiden di Monas dimana nama ahmadiyah dibawah-bawah padahal jelas sekali Aliansi Kebangsaan berdemo di kawasan Monas untuk memperingati hari lahirnya.

Pemerintah dalam hal ini menurut penulis agak sedikit ganjil, kenapa? Kok bisa bersamaan antara pemberitahuan sikap pemerintah lewat SKB dengan datangnya Munarman ke halaman Polda Metro Jaya untuk menyerahkan diri, jangan – jangan analisa penulis menyatakan bahwa pemerintah dengan pihak munarman sudah ada deal-deal tertentu sehingga gampang sekali sosok pengacara cap sayur ini pada hari pertama polisi melakukan razia dan penangkapan besar-besaran di Petamburan hingga saat sang pengacara tiba di halaman Polda tidak ada kontak tetapi bisa bersamaan juga dengan tertibnya SKB ini, bukankah ini menjadi pertanyaan apalagi dikaitkan dengan ucapan Presiden yang mengatakan bahwa negara tidak boleh kalah, kalau sudah seperti ini dengan terbitnya SKB masih adakah negara dikatakan tidak boleh kalah ?

Lagipula pemerintah melakukan tindakan bunuh diri kenapa penulis bilang seperti itu karena kita tahu ada pasal di Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 dimana dalam pasal tersebut adalah bahwa negara menjamin kebebasan warganya untuk memeluk dan menyakini apa yang menjadi agamanya, kalau konteksnya sudah seperti ini dimana posisi negara dalam menjamin kebebasan dari warga aliran ahmadiyah dalam menjalankan kegiatannya dalam hal ajaran agama jika mengacu pada isi pasal 29 UUD 1945 itu?

Kalau memang pemerintah dengan halus atau dengan keras ingin menghentikan kegiatan dari warga Ahmadiyah, hapuskan dulu semua isi dari pasal 29 UUD 1945 yang ada saat ini, kalau itu sudah dihapuskan oleh Pemerintah dan tentunya dengan restu serta rekomendasi dari rakyat bolehlah pemerintah menghentikan bahkan menyeret para pengikut ahmadiyah ke pengadilan, kalau itu belum bisa dihapuskan oleh negara jangan berani membuat keputusan yang nantinya akan menohok pemerintah dan bersikap antipati serta diskrimanasi terhadap agama lain, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah beranikah Pemerintah Republik Indonesia dibawah komando Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta kabinetnya yang terkabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu menghapus Pasal 29 UUD 1945..berani tidak !!!!

Rabu, 04 Juni 2008

FPI Di Bubarkan ? Kenapa Tidak


63 tahun lahirnya ideologi dan paham dari negara ini yaitu Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni, tetapi tanggal 1 Juni tahun 2008 adalah perayaan yang sangat berbeda sekali dimana ada sekelompok orang yang menamakan Aliansi Kebangsaan ingin merayakan hari lahirnya Pancasila yang bertempat di halaman Komplek Monumen Nasional-Monas Jakarta harus dirusak kehikmatannya oleh sekelompok yang menamakan dirinya sebagai orang yang paling paham akan agama, dimana dalam kejadian ini banyak anggota dari Aliansi ini yang mengalami cedera yang cukup dan sangat parah.

Dan aliran yang mengaku organisasi yang paling paham akan agama adalah yang tidak bukan FPI-Front Pembela Islam, dimana kita tahu bagaimana sepak terjang daripada organisasi ini yang setiap aksinya selalu berkelakuan kontroversi dan merasa dirinya paling benar dan orang sekitarnya dianggap jelmaan iblis dan setan atau kafir.

Yang menjadi pertanyaan adalah inikah yang diajarkan Islam yaitu menganiaya orang yang tidak tahu apa-apa, merusak bahkan sampai rata fasilitas umum atau sarana hiburan yang menurut mereka nista dan hina, merazia tempat – tempat hiburan serta membawa barang yang seharusnya bukan miliknya, INIKAH yang diajarkan oleh Islam ? penulis ingin bertanya adakah yang bisa menjawab ?

Apa yang dilakukan oleh para laskar yang mengaku paling tahu soal agama tetapi kelakuannya tidak sesuai dengan ajaran agama, sangat tidak pantas dan keterlaluan sehingga aksi yang mereka lakukan pada tanggal 1 Juni 2008 di Monas ini harus di usut oleh pihak Kepolisian. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mampukah Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya-Kapolda Metro Jaya menyeret baik secara halus atau paksa orang-orang ini untuk diCheck-in kan di Hotel Prodeo dan menyatakan bahwa organisasi ini adalah terlarang dan harus ditutup, beranikah ?

Kalau menurut penulis, sikap yang diperlihatkan oleh jajaran kepolisian terutama Polda Metro Jaya yang membawahi Polres Jakarta Pusat dan Polsek Petamburan masih dalam tahap hati-hati dan tidak berani mengambil resiko padahal kalau kita ingat, sudah berapa kali dan berapa banyak orang yang terluka akibat aksi mereka ketika setiap menjelang dan selama bulan puasa setiap tahunnya, berapa banyak fasilitas yang mereka rusak, sementara setiap melakukan tindakannya polisi hanya bisa mendampingi tanpa ada tindakan padahal jelas-jelas didepan matanya melakukan pengurasakan.

Kalau seperti ini itu berarti menurut penulis, polisi hanya berani bertindak keras kepada mahasiswa seperti yang terjadi di Universitas Nasional, Universitas Mercu Buana, dan Universitas Dr.Moestopo Beragama yang brutal bahkan memakan korban berdarah-darah dan patah-patah tetapi giliran sama FPI Polisi tidak jauh dengan ayam sayur, betul tidak ? apa karena mereka direstui oleh mantan Kapolda Metro Jaya ketika berdiri dan nota bene senior daripada Kapolda sekarang sehingga tidak berani menindak !

Dan juga penulis agak geram dengan salahsatu komandan daripada laskar ini yang menurut penulis pengecut dan ayam sayur kenapa, pada saat jumpa wartawan untuk klarifikasi soal Monas, beliau ini dengan lantangnya mengatakan apa itu bubar..bubar..tangkap..tangkap, kalau pemerintah membubarkan ahmadyah silakan tangkap saya komando laskar islam, tetapi kenyataannya mana ? terbukti hingga detik ini batang hidung dari seorang mantan pimpinan LBH dan Kontras ini menghilang apakah ini sifat dari seorang pemimpin, jangan-jangan dia dipecat dari LBH dan organisasi lainnya yang dia pernah pimpin karena sifatnya ini, sosok yang seperti ini yang bisa membuat negara ini kacau balau kalau tidak bisa dibungkam, pesan penulis sich simple mulutmu harimaumu…jadi kalau anda lelaki sejati maka tunjukkan jatidirimu menyerahlah kepada aparat Polda..jangan bisanya berkoar-koar di depan media begitu aparat masuk..anda hilang seperti setan..lelakikah dirimu Munarman ???

Sudah saatnya Kapolri, Kapolda Metro Jaya, Kapolres Jakarta Pusat, Kapolsek Petamburan, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, serta Jaksa Agung Republik Indonesia menindak lanjuti kasus ini dengan cara menata kembali aturan tentang organisasi kemasyarakatan, kalau berdasarkan criteria yang diucapkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang pencabutan atau pembubaran suatu organisasi kemasyarakatan, FPI sudah bisa dikategorikan untuk dibubarkan, bukankah negara ini punya UU Subversi jaman dinasti Cendana, dimana setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara menggunakan pasal ini, kenapa tidak digunakan untuk menjerat dan membubarkan FPI baik organisasi ataupun secara personal.

Inikah klimaks dari kearoganan dan anarkisnya FPI terhadap warga yang menurut mereka iblis atau setan, merusak fasilitas umum dan tempat hiburan yang menurut mereka sangat najis dan hina atau kehidupan mereka masih terus berlangsung karena pejabat keamanan dan pemimpin negara ini tidak berani dan takut seperti ayam sayur dalam membubarkan organisasi ini, hanya Tuhan yang akan membukakan mata mereka dan Ingat !!! rakyat sudah muak dengan kelakuan mereka dan jangankan rakyat kalau bertindak anarkis terhadap organisasi ini karena ya itu pemerintah dan pihak keamanan di negara ini seperti ayam sayur..

Lagi…dan lagi..


Judul diatas memang sama seperti judul lagu yang dinyanyikan oleh Dedy Alas dari kelompok musik Andra and The Backbone, itu lagi..dan lagi..

Maksud dari lagi..dan lagi adalah kembali menyangkut kasus tragedi Unas beberapa hari lalu yang sempat membuat geger dunia kampus di Indonesia dan menghujat habis-habisan institusi Kepolisian Republik Indonesia karena tidak becus mendidik para perwiranya, dan berita yang terakhir adalah pihak Propam – (dulu Provost) menetapkan sejumlah prajurit yang dijadikan tersangka terkait dengan kasus Unas ini.

Yang menjadi perhatian penulis adalah, yang menjadi tersangka dari kasus ini adalah perwira dengan pangkat bawah yaitu setingkat Brigadir atau sersan, lantas kemana para komandan mereka yang pangkatnya dua-lima tingkat diatas mereka apakah mereka juga akan bernasib sama dengan mereka yang akan langsung dipecat dan dipidanakan secara sipil atau hanya ditarik ke pusat duduk manis tanpa jabatan selama tiga bulan, setelah itu dipromosikan lagi ke tingkat lebih tinggi dan daerah yang basah ?

Inilah yang menjadi ironi kalau penulis melihat para perwira polisi pangkat rendah, kita tahu bagaiamana kesejahteraan daripada polisi pangkat rendah dimana mereka harus menjalankan tugas negara seperti berdiri berjam-jam menghadap kepada kerumunan mahasiswa atau massa ditengah cuaca yang sangat panas atau diguyur hujan deras mereka harus berdiri tegap tetapi apa daya ketika terjadi kericuhan atau bentrok yang membabi buta, para perwira inilah yang menjadi sasaran empuk Propam Polri untuk disidang dan langsung dijadikan tersangka dan otomatis ancaman pecat dan pidana sipil didepan mata, lantas kemana peran dari para komandan mereka yang seharusnya mereka juga ikut bertanggung jawab ?

Sekedar ilustrasi saja, yang pernah penulis lihat dengan mata kepala penulis sendiri, dimana suatu waktu di kawasan Salemba terjadi tawuran mahasiswa bahkan sempat terjadi bentrok dengan polisi wilayah hukum setempat kemudian setelah reda situasi, penulis coba berjalan kearah Megaria tetapi apa yang penulis lihat sekonyong-konyongnya disalahsatu rumahmakan padang disekitar depan gedung Unit Gawat Darurat RSCM terlihatlah para komandan dengan pangkat melati satu (mayor) ada beberapa orang dengan seorang tentara dengan santainya mencongkel sisa daging di sela-sela gigi degan tusuk gigi setelah selesai makan siang sambil mengobrol dengan santai bahkan sampai tertawa, ini sangat konyol sekali di saat anak buahnya mati-matian menahan amukan emosi para mahasiswa ini tanpa memikirkan apakah para perwira pangkat bawah ini sudah makan atau belum, sudah istirahat atau belum, malah sang komandan malah asyik masyuk makan bersama kayak anak TK di Rumah Makan Padang…konyol sekali, ini bukan sekali dua kali penulis melihat kelakuan para komandan polisi ini.

Sudah saatnya para komandan ini dihukum berat terkait dengan kasus UNAS bahkan kalau perlu di PECAT dan dipidanakan secara sipil, jangan hanya prajurit pangkat bawah saja yang dihukum, karena secara logika orang waras dan sehat yang seharusnya di PECAT adalah para komandan ini BUKAN prajurit pangkat bawah, walaupun fakta di lapangan banyak prajurit pangkat bawahlah yang menderita.

Dan jangan budayakan lagi setiap ada perwira mulai tingkat pertama hingga paling puncak mendapatkan masalah, lantas langsung ditarik ke markas utama entah itu Polres atau mungkin ke Polri dengan status jabatan non aktif dan tiga bulan kemudian ketika ada promosi jabatan, perwira yang bermasalah ini langsung dipromosikan secara jabatan maupun pangkat, kalau begini terus mau sampai kapan perwira keamanan bisa intropeksi dan membuka mata hati nurani mereka kalau setiap melakukan kesalahan yang langsung terlintas dipikiran mereka ahh paling-paling Cuma 3 bulan abis itu bisa kerja lagi ditempat yang lebih basah

Dan juga satu hal peran media pun harus bisa menjadi anjing pelacak bagi masyarakat untuk mengawasi jalannya daripada permasalahan yang menimpa para perwira polisi ini, apakah ucapan polisi melalu Kadiv HUMAS Mabes Polri yang akan menindak tegas anggota polri sesuai dengan kenyataan dilapangan hingga proses pidanaan secara sipil dan menjalani kehidupan sipilnya di hotel prodeo atau tidak sama sekali hanya janji-janji manis yang terlontar dari mulut manis sang Kadiv HUMAS.

Akankah para prajurit pangkat bawah yang selalu menderita dengan pemecatan atau reformasi di tubuh Polri dengan juga memecat dan mempidanakan secara sipil para perwira pertama hingga tinggi yang melakukan tindak kriminal ?

Murnikah Aksi Mahasiswa ini


Beberapa minggu ini kita selalu disuguhkan berita-berita disetiap stasiun televisi tentang demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyikapi apa yang pemerintah lakukan yaitu menolak kenaikkan BBM, mulai dari demonstrasi yang biasa saja hingga demonstrasi yang berakibat tragis seperti yang disuguhkan di Universitas Nasional – Pejaten.

Tapi yang menjadi pertanyaan adalah murnikah dari nurani mereka dalam melakukan aksi mereka ini ? kita tahu bahwa beberapa hari setelah aksi demo ini, para pejabat intelejent di negara ini dari kantornya di wilayah Pejaten mengatakan bahwa aksi demo ini dikompori oleh sejumlah pihak salahsatunya adalah oleh mantan menteri.

Kalau menurut penulis apa yang dilakukan oleh para mahasiswa/.i dalam melakukan aksi misalnya menolak kenaikan BBM adalah murni kenapa ? karena merekalah yang paling utama merasakan dampaknya dari kenaikan BBM ini ketimbang para warga yang bisanya hanya jengkel atau menulis komentar yang menyudutkan aksi mahasiswa di situs-situs berita terkait dengan kegiatan demo mahasiswa, kita tahu hampir 80 % persen mahasiswa di negara ini adalah berasal dari keluarga yang tidak mampu yang mana mereka yang menuntut ilmu ke kota besar misalnya Jakarta, harus bisa menyiasati uang kiriminan yang tidak seberapa dengan keadaan yang tidak sesuai dengan uang yang diterima.

Soal mereka membakar ban, memblokir jalan, mencorat-coret mobil plat merah atau sampai bentrok dengan Polisi itu hanya sebagian efek dari aksi mereka, karena perbuatan mereka seperti itu hanya untuk mendapatkan perhatian masyarakat yang melintas untuk ikut bergabung, tapi banyak juga warga yang merasa jengkel bahkan menyalahkan para mahasiswa karena menghambat serta menghabiskan waktu mereka dijalan

Kalau menurut penulis, memang disatu sisi apa yang dilakukan oleh mahasiswa ini bisa membuat kenyaman, keamanan dan ketertiban masyarakat pengguna jalan jadi terganggu, tapi berkat mahasiswalah negara ini kita bisa bebas dari segala macam peraturan dan pasungan kebebasan yang dilancarkan oleh rezim dinasti cendana, seharusnya kita harus berterimakasih kepada mereka bukan mencibir mereka, memang dulu jaman dinasti Cendana negara ini aman, nyaman dan teratur, tapi keadaan itu justru membunuh demokrasi dan menciptakan korupsi dan berbagai skandal yang ibarat bom atom yang siap meledak, dan bom atom itu sudah meledak besar pada tahun 1998, walaupun semakin hari semakin tidak jelas negara ini, tetapi menurut penulis paling tidak negara ini bukan negara yang munafik, kita bisa lihat bagaimana dulu setiap mengambil kebijakan selalu mengatasnamakan rakyat tetapi hasilnya juga tidak ada untuk rakyat justru makin banyak rakyat miskin pada jaman itu tetapi selalu ditutup-tutupi

Dan satu lagi yang membuat penulis heran adalah, ketika membaca semua komentar para warga yang ada di setiap situs-situs berita yang berkaitan dengan aksi mahasiswa selalu menyudutkan para mahasiswa, padahal mereka juga sama dengan para mahasiswa menjadi korban dari pemerintah, bukan memberikan solusi yang terbaik bagi para mahasiswa dalam menolak kebijakan pemerintah.

Saran penulis kepada para pembaca dan pengunjung situs-situs berita yang selalu menulis komentar, anda janganlah sebagai orang paling munafik sedunia dan akherat dengan menghujat aksi dari para mahasiswa ini lewat komentar-komentar anda di situs-situs berita, kalau anda sama-sama dengan mahasiswa menjadi korban kebijakan pemerintah turunlah ke jalan, beri solusi kepada mahasiswa tindakan apa yang elegant, jangan bisanya menulis komentar yang sinis saja, penulis lebih mengacungi dua jempol kepada mahasiswa karena mereka bukan orang-orang munafik hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan perbuatan BUKAN seperti anda…jadi kalau anda memang sebagai korban dari kebijakan pemerintah mari sama-sama kita turun ke jalan seperti pada tahun 1998 lalu…

Courtessy picture from metrotvnews.com and liputan6.com

Pengecutnya Polisi Jakarta Selatan ( suruh pake rok perempuan aja )


Pertama-tama penulis ingin menghaturkan prihatin dan simpati sedalam-dalamnya kepada kawan-kawan civitas akademik Universitas Nasional terhadap apa yang terjadi di kampus mereka pada tanggal 17 Mei 2008 subuh, dan mengutuk keras apa yang dilakukan oleh aparat terutama aparat Kepolisian Sektor ( Polsek ) Pasar Minggu dan tentunya aparat Kepolisian Resort ( Polres ) Jakarta Selatan yang bisanya main keroyokan dan berlindung dalam baju dinas serta lencana tanpa ada prikemanusiaan dan hati nurani yang ada hanya Perikebinatangan di OTAK para polisi ini.

Mohon maaf penulis haturkan kepada para pembaca, pengunjung atau pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan tulisan penulis mulai dari judul hingga akhir dari tulisan ini, karena tulisan ini adalah kegeraman dan kekesalan penulis terhadap apa yang terjadi di Kampus paling tua kedua di Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh Polisi terhadap kegiatan kampus seperti yang terjadi di Kampus UNAS yang terletak di kawasan Sawo Nila-Pejaten ini sudah diluar batas kewajaran akal orang sehat dan waras, dimana awalnya hanya berdemo menolak kebijakan pemerintah yang selang satu jam pada hari jumat malam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak, kemudian terjadilah insiden tersebut dimana polisi mendapatkan perlawanan dari kawan-kawan UNAS dengan batu dan sedikit bom molotov, setelah itu agak sedikit reda tetapi pada pukul 05.00 pagi secara tiba-tiba ratusan polisi merangsek masuk kedalam areal Kampus dan menyisir seluruh kampus dan melakukan tindakan yang menurut ketentuan yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sangat bertentangan yaitu Polisi masuk kampus tanpa izin dan sepertinya sudah mempersiapkan secara terencana dengan terbukti terparkirnya dua mobil tahanan ukuran besar , melakukan pengrusakan mulai dari pagar hingga ruangan termasuk kendaraan bermotor dan penganiayaan berat terhadap mahasiswa dan petugas keamanan kampus pun dilecehkan profesinya, dan sepanjang waktu itu setidaknya lebih dari seratus orang ditangkap dan yang konyolnya lagi menurut versi Polda Metropolitan Jakarta Raya ( Polda Metro Jaya ) mereka selain mengangkut para mahasiswa ini dan juga menemukan berbagai macam paketan ganja, puluhan botol minuman keras-Miras,timbangan, obat daftar G, dan mempertanyakan kemurnian demonstrasi mereka yang terjadi malam kemarin dengan barang bukti yang didapatkan oleh Polisi.

Selain itu juga para polisi ini tidak memberikan pelayanan yang sudah ada aturannya yang berlaku di seluruh dunia atau dengan kata lain kovensi dimana seseorang diberi hak untuk didampingi oleh seorang pengacara pada saat proses penyidikan dan pembuatan berita acara, kemudian seseorang berhak mendapatkan perawatan yang maksimal karena mendapatkan perlawanan fisik dari aparat, tetapi kenyataannya hak dari seseorang yang dibawa ke kantor polisi untuk diproses tidak diberi yang seharusnya menjadi haknya bahkan mereka diintimasi dan ditekan untuk mengakui apa yang sebenaranya mereka tidak perbuat setiap akan menjalani pemeriksaan dan pembuatan berita acara.

Inikah potret sesungguhnya dari tingkah laku para perwira polisi dalam menangani para demonstran ? ini memang baru segilintir saja kelakuan dari para aparat kepolisian di negara ini, apa yang dilakukan oleh polisi sudah di luar wajar orang normal.

Penulis juga agak heran dan setuju dengan pernyataan yang terlontar dari berbagai kalangan yang mempertanyakan pernyataan daripada Kepala Polisi Daerah Metropolitan Jakarta Raya ( Kapolda Metro Jaya ) Irjen Polisi Adang Firman yang mempertanyakan kemuniran dari para mahasiswa Unas dalam berdemo menolak kenaikkan BBM dengan bukti yang ada. Yang menjadi pertanyaan penulis dan mungkin para pembaca adalah Polisi yang masuk ke kampus itu mencari mahasiswa yang semalam melempar batu dan bom molotov ke arah petugas atau apa ? atau jangan-jangan barang bukti yang di temukan di kampus itu sebenarnya sudah di setting oleh polisi dari markas mereka dan mereka bilang ditemukan di kampus tersebut adalah hasil barang bukti kasus lain yang dibawa oleh para petugas dan sampai di dalam di taruh berpencar.sehingga menurut penulis dengan adanya penemuan ini banyak orang berpikir ada apa yang sebenarnya terjadi disana apakah itu benar-benar kampus tempat mendidik calon pemimpin bangsa atau sebagai barak daripada para pengedar dan penikmat minuman yang jelas dengan kondisi ini sudah secara otomatis membuat reputasi kampus ini rusak dan tidak tertutup kemungkinan jumlah mahasiswa yang nantinya akan menimba ilmu mengalihkan OTAKNYA ke kampus lain, kalau sudah seperti ini apakah Polisi terutam Polsek Pasar Minggu dan Polres Jakarta Selatan mau bertanggung jawab ?

Penulis setuju dan mendukung dengan apa yang kawan-kawan civitas akademik Unas melakukan gugatan kepada pihak polisi, menurut penulis apa yang dilakukan oleh para petugas ini sudah diluar batas, kasus ini bukan kali saja menurut catatan penulis setidaknya sudah empat kampus yang pernah di ”acak-acak “ oleh petugas baik tentara atau polisi, pertama, di kampus pencetus reformasi yaitu Universitas Kristen Indonesia – Cawang, Jakarta Timur peristiwa ini lebih dikenal dengan peristiwa Senin Cawang Berdarah ( SeCaRah ) dimana tentara merangsek masuk kedalam komplek kampus dengan menggunakan peralatan perang serta menggunakan panser dan melakukan penyisiran yang agak berlebihan, itu berlangsung disaat akan menjelang reformasi, kemudian anda tidak akan lupa dengan kejadian di Kampus Universitas Muslim Indonesia di Makassar-Sulawesi Selatan, dimana Polisi masuk kedalam kampus dan menyisir ke setiap kelas, dan menganiaya para mahasiswa yang mereka lihat, lalu di Papua dimana mahasiswa Universitas Cendrawasih tawuran dengan para aparat TNI-Polri yang mengakibatkan tiga petugas tewas ditempat, dan yang terakhir adalah di Unas sendiri.

Hukuman apa yang pantas bagi para petugas ini, kalau menurut penulis yang harus diperhatikan saat ini adalah bagaimana peran daripada Komisi Polisi Nasional-Kompolnas selaku badan yang bertugas mengawasi kinerja dari polisi ini, dan juga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia karena didalamnya banyak terkandung unsur HAM, saran penulis sich, kalau penulis jadi Ketua Komisi Kepolisiam Nasional adalah setelah menyelidiki apa yang terjadi dengan fakta yang ada, penulis akan langsung merekomendasikan kepada Kapolri untuk segera dalam waktu 7 x 24 jam dari hasil laporan rekomendasi yang terima Kapolri MEMBUBARKAN atau MENUTUP Kantor Kepolisian Resor Jakarta selatan dan Kantor Kepolisian Sektor Pasar Minggu dan mengganti dengan personil yang baru bukan pindahan karena kasus, dan MEMECAT serta MEMPIDANAKAN secara sipil para aparatnya tanpa terkecuali, termasuk Kapolres berikut Kasat Intelkam serta Kasat Provost Polres Jakarta Selatan dan juga Kapolsek serta Kanit IntelKam serta Kanit Provost Polsek Pasar Minggu, karena tidak bisa mengawasi kerja daripada anak buahnya dilapangan serta mengganti rugi dengan yang baru semua fasilitas yang ada di kampus termasuk kendaraan bermotor dan dana diambil BUKAN dari Mabes atau Polda Metro Jaya melainkan PATUNGAN dari semua aparat yang bertugas di dua kantor polisi itu serta merekomendasikan agar Kapolda Metro Jaya untuk MUNDUR dari Jabatan dan Profesi sebagai Polisi, kenapa penulis merekomendasikan jika menjadi Ketua Komisi Kepolisian Nasional karena ini sudah kelewatan dan sekalian memberi efek jera walaupun agak sedikit melanggar HAM, tapi apa boleh buat, karena selama ini setiap petugas dan perwira polisi di negara ini melakukan kesalahan hukumannya ‘ringan’ yaitu kalau tidak ditunda kepangkatannya, terus dimutasi ke pusat tanpa jabatan tapi hanya beberapa bulan saja, kemudian ketika ada promosi sang perwira dan petugas yang bermasalah langsung cuci dosa’ dan ditempati ke tempat yang baru, kalau seperti ini kapan maju dan sadarnya para perwira dan petugas ini akan kesalahannya, kalau soal contoh rekomendasi penulis kepada Komisi Kepolisian Nasional yang diatas, tentunya anda ingat dengan tawuran perang antara salahsatu divisi tentara dengan Polisi di Binjai-Sumatera Utara dimana tawuran tersebut bukan lagi dikatakan tawuran melainkan pra perang, dan klimaks dari akhir tawuran itu Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) ketika itu Jenderal Ryamizard Ryacudu langsung MENUTUP dan MEMBUBARKAN divisi tersebut dan beberapa bulan kemudian divisi itu dibuka lagi dengan nama dan personel yang baru sementara yang lama di PECAT dan diperkarakan secara militer dan sipil.

Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah Apakah Kepala Polisi Republik Indonesia Yang Mulia Jenderal Polisi Sutanto mau memecat Kapolda Metro Jaya, Kapolres Jakarta Selatan dan Kapolsek Pasar Minggu beserta jajarannya dan menyeret mereka di pengadilan sipil untuk membuktikan bahwa Kapolri tidak hanya alergi yang namanya JUDI tapi juga alergi dengan anak buah yang seenaknya menggunakan jabatan dan profesi untuk menindas rakyat sipil ? kita bisa lihat dua-tiga bulan kedepan apakah sikap alerginya terhadap JUDI bisa menular kepada anak buahnya yang melakukan kesalahan terhadap warga sipil, atau hanya omongan kosong saja demi kepuasan masyarakat sipil karena jengkel melihat kelakuan daripada para petugas dan aparat ini.

INGAT !!! KAMPUS TEMPAT PENDIDIKAN BUKAN SARANA PELAMPIASAN KEKESALAN APARAT KARENA MASALAH SEPELE ATAU KALAH DENGAN MAHASISWA DALAM BENTROKAN DEMO ATAU APAPUN BENTUKNYA …..

Pengumuman BBM : Di Mana Kau Presiden RI..ngumpet ya ?


Walaupun banyak ditentang oleh semua lapisan masyarakat terutama mahasiswa sampai turun ke jalan besar-besaran akhirnya Pemerintah menaikkan juga harga minyak yang selama ini di subsidi yaitu mulai tanggal 24 Juni 2008 pkl.00.00 Waktu Indonesia Barat, Premium dengan harga Rp.6,000 kemudian Solar dengan harga Rp.5,500 dan minyak tanah Rp.2,500.

"Kita cari akal yang lain untuk tidak buru-buru menaikkan,"
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

Tetapi setelah pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak ini ada dua kampus yang menggelar aksi tersebut di depan kampus mereka yaitu kawan-kawan dari Universitas Nasional, Jakarta Timur dan Universitas Kristen Indonesia-Jakarta, walaupun sempat terjadi kejadian yang menurut penulis polisi terlalu lebay dalam mengamankan tempat mereka bertugas.

Kita hanya bisa pasrah saja dengan kenaikan harga minyak ini, kita bisa pahami bagaimana kesulitannya pemerintah dalam mensejajarkan harga kebutuhan minyak kita dengan kebutuhan minyak dunia, penulis bukan mendukung kebijakan pemerintah justru penulis dalam kehidupan sehari-hari sama seperti rakyat yang terus memikirkan besok apakah bisa makan dengan kondisi saat ini, tapi apa salahnya pemerintah melihat lagi bagaimana kondisi rakyat sekarang dimana harus menunggu selama hampir 12 jam di depot hanya untuk mendapatkan 1-2 liter minyak tanah, belum lagi di luar pulau Jawa yang nasibnya tidak jauh beda dengan nasib para penunggu minyak tanah, bahkan berhari-hari.

Tetapi yang ada mengganjal dalam hati penulis ketika pengumuman itu berlangsung dan di jadikan Breaking News di stasiun televisi yaitu DI MANA PRESIDEN BERADA ? bukankah seharusnya Presiden Republik Indonesia Yang Mulia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang mengumumkan dan menjelaskan kepada rakyat Indonesia kenapa Indonesia harus menaikkan harga bahan bakar minyak, KENAPA Menteri Keuangan Republik Indonesia Yang Mulia Ibu Sri Mulyani, dan kenapa juga pengumuman itu berlangsung di Kantor Kementerian Keuangan Republik Indonesia kawasan Lapangan Banteng BUKAN di Istana Negara Kawasan Medan Merdeka ?

Dengan sangat berat dan terpaksa pemerintah menempuh opsi mengurangi subsidi BBM “
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono
( Sabtu 24/5-2008 )

Menurut analisa awam penulis, Presiden sudah kehilangan pamornya sehingga supaya tidak hilang dan terperosok pamornya di depan rakyat atau konstituennya yang rata-rata orang miskin yang tahun 2004 memilihnya sebagai RI1 dan RI2 lebih baik bersembunyi dan duduk manis didepan televisi menyaksikan dan mendengarkan komunikasi politik dari pembantunya mungkin ditemani secangkir kopi hitam atau teh manis dengan sepiring kacang goreng atau pisang goreng, karena kalau sampai Presiden yang memberikan pernyataan, itu berarti Presiden menelan ludah sendiri karena pada tahun 2005 ketika krisis minyak dunia seperti sekarang Presiden secara terbuka dan direkam oleh sejumlah pihak termasuk wartawan cetak dan televisi serta online ( silakan kawan-kawan wartawan, buka kembali isi kaset yang anda rekam dan beritahu masyarakat luas melalui kaset itu apa yang terucap oleh SBY dari mulutnya ketika memberikan pernyataan soal isu harga minyak dunia naik ) yang mengatakan bahwa bahan bakar minyak di Indonesia TIDAK AKAN naik, tetapi kenyataan sekarang ? apakah ini sifat dari seorang pemimpin ?

BBM sudah naik itu berarti program Bantuan Tunai Langsung Plus- BLT Plus segera keluar dengan dana satu keluarga dihargai Rp.100,000 untuk satu bulan selama setahun dan ditambah beras serta kebutuhan pokok lainya, yang menjadi pertanyaan adalah apakah efektif dana itu untuk kebutuhan sehari-hari rakyat miskin bila kita bandingkan dengan kebutuhan yang ada diluar rumah mereka, sementara pemerintah berasumsi dengan adanya BLT jilid dua rakyat akan semakain terbantu, masalahnya adalah bagaimana kalau data yang digunakan pada BLT jilid satu berbeda jauh dengan keadaan sekarang, dimana mungkin yang kemarin menerima sekarang sudah meninggal atau sudah pindah, lalu kemana itu dana untuk orang yang sekarang mungkin sudah meninggal atau pindahan apakah disimpan dalam kas negara atau masuk kantong pegawai pos ? sementara jumlah rakyat miskin baru semakin hari dalam hitungan jam semakin bertambah

Menurut penulis, apa yang dilakukan oleh pemerintah sepertinya hanya bersifat (maaf) hangat-hangat tahi ayam dimana tiga bulan awal saja kegiatan ini berlangsung dan direkam oleh kalangan media, dan para pemimpin bangsa ini bangga bisa menyelamatkan nasib rakyat miskin, tetapi bagaimana dengan tiga-bulan setelah itu apakah masih seperti tiga bulan diawal ?

Memang yang dibutuhkan rakyat terutama kaum miskin dan papa adalah mereka bisa mendapatkan kebutuhan mereka terutama sembako dengan layak dan terjangkau, bukan seperti saat ini dimana semua kebutuhan mahal dan kalaupun ada bantuan misalnya beras raskin, kondisi dari beras itu tidak sesuai dengan kondisi beras yang sebenarnya malahan yang ada kondisi beras yang sangat tidak wajar untuk di konsumsi walaupun itu sering dibantah oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Apakah program pemerintah jilid kedua ini akan lancar dan mencapai sasaran walaupun sejumlah daerah ada yang menolak kebijakan dari pusat ini melihat pengalaman dari jilid satu yang tidak mencapai sasaran ? kita lihat saja perkembangannya apakah rakyat miskin di negara ini sudah berkurang hingga tidak ada lagi karena program ini yang tepat sasaran atau malah makin banyak rakyat miskin baru dalam hitungan jam-nya di negara ini.

Dan catatan buat para aparat yang selalu menjaga garis depan dan selalu berhadapan satu lawan satu setiap rekan-rekan mahasiswa berdemo dan tentunya para komandan lapangan INGAT !!! Baju dinas anda, Celana cokelat dinas anda, sepatu dan kaus kaki anda, mobil dan motor patroli, HT, pentungan, pistol dan peluru termasuk senapan Gas Air mata itu anda dapat DARI UANG RAKYAT termasuk mahasiswa yang membayar pajak, jadi JANGAN CARI MUKA !!! kita sama – sama tahulah anda sebenarnya juga menolak kebijakan yang dikeluarkan dari panglima tertinggi anda, tapi karena tugas negara yang mewajibkan anda tegas, tapi TOLONG !! Hargailah Demokrasi dan kegiatan apresiasi dari kawan-kawan mahasiswa terhadap suatu isu, jangan asal main tangkap, pelintir leher mahasiswa, sekarang kalau ternyata yang anda pelintir adalah anak dari komandan anda atau anak dari kawan anda atau anak anda dipelintir oleh kawan anda bagaimana penjelasan anda ?

Negara ini Belum Bangkit dan Merdeka dari arti sebenarnya di lapangan dan dimata masyarakat miskin dan kaum papa….